Minggu, 08 Januari 2012

HUBUNGAN ANTARA ILMU DAN PENDIDIKAN, BESERTA TOKOH SERTA PENDAPATNYA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sebelum lebih jauh membahas tentang seluk beluk pendidikan, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai batasan atau pengertian pendidikan. Dengan pemahaman yang utuh, kita akan lebih mudah memasuki pembahasan-pembahasan yang lebih dalam tentang pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu diberikan awalan kata “me” sehinggan menjadi “mendidik” yangartinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memeliahara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran.
Berdasarkan hal tersebut, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai pengertian ilmu, pendidikan dan hubungannya serta tokoh-tokoh dan pendapatnya.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana hubungan antara ilmu dan pendidikan?
2.      Sebutkan tokoh-tokoh pendidikan dan pendapatnya?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.      Hubungan antara ilmu dan pendidikan.
2.      Tokoh-tokoh pendidikan dan pendapatnya.





BAB II
HUBUNGAN ANTARA ILMU DAN PENDIDIKAN, BESERTA TOKOH SERTA PENDAPATNYA

A.    Hubungan antara Ilmu dan Pendidikan
1.      Pengertian Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu.[1] Itu jika ditinjau dari KBBI.
Ilmu yang di sebut sebagai science mempunyai arti the study of the structure and behavior of the physical and natural world and society, especially through observation and experiment.[2] Itu menurut kamus oxford yang jika diterjemahkan menjadi studi tentang struktur dan perilaku dari dunia fisik dan alam dan masyarakat, khususnya melalui pengamatan dan percobaan.
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[3] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
2.      Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.[4] Secara garis besar pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a). pendidikan, b). teori umum pendidikan, dan c). ilmu pendidikan.
Pengertian pertama, pendidikan pada umumnya yaitu mendidik yang dilakukan oleh masyarkat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada semenjak manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunanya. Yang termasuk insting manusia antara lain sikaf melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi menangis, kempuan menyusu air susu ibu dan merasakan kehangatan dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman. Mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan manusia.
Kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John Dewey pendidikan itu adalah The general theory of education dan Philoshophy is the general theory of education, dan dia tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, atau filsafat pendidikan sama dengan teri pendidikan. Sebab itu ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.
Konsep di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif, inti filsafat pragmatis yang mana berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup dan kehidupan manusia.
Ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori.[5]
3.      Hubungan antara Ilmu dan Pendidikan
Hubungan antara ilmu dan pendidikan dapat dilihat dari syarat-syarat sebuah pengetahuan menjadi ilmu yaitu:
a.       Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b.      Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
c.       Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d.      Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.[6]

B.     Tokoh-Tokoh Pendidikan dan Pendapatnya
Kata pendidikan berasal dari kata didik dan mendapatkan imbuhan "pe" dan "kan" yang dapat diartikan  perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Secara asal mula kata pendidikan secara bahasa, pendidikan berakar dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris disebut education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.[7]
Sedangkan secara terminologi, pendidikan menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional diartikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[8]
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.[9]
Sedangkan menurut Carter V. Good, pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.[10]
Sedangkan menurut Godfrey Thomson, pendidikan adalah ‘’Education as power means copetent and strong enough to enable us,the majority of people,to decide what kind of a world‘’. (Pendidikan sebagai kekuatan berarti mempunyai kewenangan dan cukup kuat bagi kita, bagi rakyat banyak untuk menentukan suatu dunia yang macam apa yang kita inginkan dan macam mana mencapai tujuan semacam itu).[11]
UNESCO menyebutkan bahwa: “education is now engaged is preparinment for a tife Society which does not yet exist” atau bahwa pendidikan itu sekarang adalah untuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang masih belum ada. Konsep system pendidikan mungkin saja berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan pengalihan nilai-nilai kebudayaan (transfer of culture value). Konsep pendidikan saat ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,sekarang,dan masa datang.[12]
Robert W. richey menyebutkan bahwa; The term “Education” refers to the broad funcition of preserving and improving the life of the group through bringing new members into its shared concem. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential social activity by which communities continue to exist. In Communities this function is specialzed and institutionalized in formal education, but there is always the education, out side the school with which the formal process is related. (Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan informal di luar sekolah).[13]
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya manusia sempurna dan bahagia dunia akhirat.
Lebih jelsnya, pendapat para ahli tentang pendidikana adalah sebagai berikut:
1.      John Dewey.
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia.
2.      M.J. Longeveled
Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
3.      Thompson
Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.
4.      Frederick J. Mc Donald
Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia.

5.      H. Horne
Pendidikan adalah proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang berkembang secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan.
6.      J.J. Russeau
Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.
7.      Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
8.      Ahmad D. Marimba
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
9.      Insan Kamil
Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
10.  Ivan Illc
Pendidikan adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
11.  Edgar Dalle
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.


12.  Hartoto
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis, dan terus-menerus dalam upaya memanusiakan manusia.
13.  Ngalim Purwanto
Pendidikan adalah segala urusan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.
14.  Driakara
Pendidikan adalah memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia.
15.  W.P. Napitulu
Pendidikan adalah kegiatan yang secara sadar, teratur, dan terencana dalam tujuan mengubah tingkah laku ke arah yang diinginkan.[14]
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dijabarkan pada bab II dapat disimpulkan bahwa:
1.      Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
2.      Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.
3.      Hubungan antara ilmu dan pendidikan berupa ciri-ciri dari mereka yang sama.
4.      Banyak para ahli yang merumuskan pengerian pendidikan dan menjadikan mereka tokoh pendidikan yang pendapatnya digunakan sampai sekarang.

B.     Saran
Semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang ilmu pendidikan.











DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, (2008), Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.
C.A. van Peursen, (2008), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, Dikutip dari buku B. Arief Sidharta, Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Bandung: Pustaka Sutra.
Carter V. Good, (2007), Dasar Konsep Pendidikan Moral, Bandung: Alfabeta.
Desy Anwar, (2006), Kamus Bahasa Indonesia-Inggris, Surabaya: Amelia.
Hasbullah, (2008), Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu, diakses tanggal 3 Nopember 2011.
Ngalim Purwanto, (2006),  Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Redaksi Sinar Grafika, (2005), Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Jakarta: Sinar Grafika.
Suriasumantri, S. Jujun, (2006), Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tim Penyusun, (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.


[1]Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 147.
[2]Desy Anwar, Kamus Bahasa Indonesia-Inggris, (Surabaya: Amelia, 2006), hlm. 852.
[3]C.A. van Peursen, Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, Dikutip dari buku B. Arief Sidharta, Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, (Bandung: Pustaka Sutra, 2008), hlm. 7-11.
[4]Ngalim Purwanto,  Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 2-3.
[5]Suriasumantri, S. Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006), hlm. 23-25.
[6]http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu, diakses tanggal 3 Nopember 2011.
[7]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 12-13.
[8]Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 1.
[9]Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 4.
[10]Carter V. Good, Dasar Konsep Pendidikan Moral, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 1.
[11]Ibid., hlm. 2.
[12]Ibid., hlm. 3.
[13]Ibid., hlm. 3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar